Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat Muslim saling menghormati satu sama lain menyikapi perbedaan perayaan idul Adha 1431 H. Imbauan ini menyusul pengumuman pemerintah yang menetapkan awal Dzulhijjah 1431 H jatuh Senin (8/9) dan Idul Adha Rabu (17/11).
Ketua MUI, Umar Shihab, mengatakan perbedaan yang terjadi hendaknya tidak dijadikan sebagai benih permusuhan yang memecah belah umat. ”Toleransi lah jangan sampai ada saling klaim ini benar dan yang lain salah,” kata dia saat memberikan sambutan dalam sidang Itsbat Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama (Kemenag), di Jakarta, Senin (8/11).
Oleh karena itu, jelas Umar, di sinilah peran para pemimpin umat Muslim diperlukan. Para pemuka agama dituntut tampil ke depan memberikan penjelasan dan pemahaman tentang esensi dan etika perbedaan. Di Indonesia penetapan dilakukan oleh pemerintah melalui BHR sesuai dengan pendapat para ahli fikih berdasar Alquran dan Sunnah. Apabila, hilal berada di atas ufuk tetapi dan belum memenuhi criteria imkanur rukyat maka yang dilakukan harus iktimal atau menggenapkan bulan.
Lebih lanjut, Umar berharap, ke depan pemerintah segera mencari solusi alternatif untuk menyatukan umat. Terlebih MUI melalui fatwa yang dikeluarkan No 2 Tahun 2004 yaitu penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode ru'yah dan hisab oleh Pemerintah RI dan berlaku secara nasional.
Karenanya, MUI menegaskan seluruh umat Islam di Indonesia wajib menaati ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. ”Perbedaan jangan dijadikan alasan untuk tidak sepakat karena selalu berbeda itu berbahaya,” tegas dia.
0 komentar:
Posting Komentar